August 25

LEADER AS A COACH : SEBUAH JEMBATAN ANTARA RELASI & TANTANGAN ORGANISASI

0  comments

By : Marcelina Suganda

Menjadi pemimpin di organisasi entah mengemban tanggung jawab sebagai ketua/kepala organisasi, supervisor, manager ataupun untuk departemen yang mengelolan karyawan / HRD, seringkali dalam sebuah posisi yang dilematis. Di sisi lain ingin menjalin hubungan yang baik, memiliki program yang membangun keterikatan orang dalam organisasi. Sayangnya, hal ini seringkali menjadi prioritas kedua, karena organisasi sibuk mengejar target atau tujuan organisasi. 

Maka dalam Podcast In-Sights by Points of You Indonesia, kali ini menghadirkan seorang Coach yang juga seorang komisaris di beberapa bisnis atau perusahaan yang ia jalankan. Ia juga seorang Master Level 4 dari Points of You Academy dan secara aktif melakukan proses coaching dan tetap melakukan aktivitas bisnisnya. Ia adalah Henry Raharja yang dalam Podcast episode 3 ini membahas topik Head and Heart Leadership With Coaching Techniques, yang ditemani langsung oleh A. Sanjaya (Expert & Jawa – Indonesia Timur Points of You Tribe). Anda bisa juga mendengarkan Podcast Episode ini dengan KLIK DISINI.

Menjadi pertanyaan menarik yang diberikan oleh A. Sanjaya mengawali diskusi dalam Podcast In-Sights! Ini. Dan mungkin hal yang juga membuat kita semua penasaran adalah, mengapa sebagai seorang komisaris Henry masih terus belajar dan mau melakukan coaching ke timnya? Yang ternyata proses ini bermula dari ketidaksengajaannya yang mendapatkan PR (Pekerjaan Rumah) karena program sertifikasi coaching yang ia ikuti. Sebenarnya ia mencari-cari siapa yang berkenan untuk menjadi partner-nya dalam berlatih. Hingga ia sendiri mengingat bahwa sebenarnya ada banyak tim, karyawan yang ada di bawah perusahaannya. Alangkah baiknya justru hal ini bisa memberikan manfaat bagi orang yang justru ada di sekitarnya. 

Maka, hal inilah yang membuat suatu cikal bakal proses coaching di internal organisasi atau bisnisnya. Henry sendiri terdorong untuk terus belajar sampai melanjutkan proses akademinya di Points of You hingga ke level 4, karena ia memiliki semangat yang besar untuk membekali diri sendiri lebih banyak sehingga ia juga dapat membantu lebih banyak orang lain di sekitarnya. Rupanya, nafas dan misi yang dibawanya ini yang membuatnya benar-benar bergerak terutama memberikan dampak untuk timnya. 

Sebagai komisaris, ia pun tidak serta merta mengadakan program coaching di organisasi. Ia pun melakukannya dengan cara yang profesional dan enggan melanggar atau melangkahi struktur organisasi yang ada. Maka, ia pun meminta izin pada direksi yang ada, bahkan para direksi dan manajemennya pun menerima dengan tangan terbuka. Henry sendiri memiliki ekspektasi untuk dapat melakukan coaching pada 5 karyawan, namun program ini tampaknya cukup memiliki antusiasme dari manajemen sehingga 13 orang level supervisor hingga manager yang dikirim menjadi coachee-nya. 

Saat memulai proses coaching pun nampak banyak limitasi, barrier atau ketidakterbukaan coachee pada Henry sebagai coach. Bagaimana tidak, mereka langsung melakukan proses coaching dengan sang komisaris. Wajar, saat muncul kekhawatiran dan proses coaching menjadi seperti report meeting, dimana coachee malah memberikan update atau laporan terkini terkait dengan aktivitas di lapangan. 

Tapi bukan itu yang seharusnya terjadi dalam proses coaching!

Sebab dibahas juga dalam podcast ini, bahwa program coaching yang berdampak harus dapat membuat karyawan terbuka dan mampu melakukan heart to heart communication dengan coachee. Maka peran coach dalam hal ini adalah; 

LEADER AS A COACH

Saat seorang leader adalah juga seorang coach bagi internal timnya, mereka perlu bermain peran dengan cukup unik. Dengan ketiga hal yang perlu dilakukan di atas yaitu; mendengar, berkomunikasi dan memberikan pertanyaan, seorang coach yang juga seorang leader di perusahaan juga perlu memiliki keseimbangan dalam memberikan intervensi. Seperti yang Anda lihat pada gambar di bawah ini; 

Hal ini yang diungkap dalam diskusi di podcast bahwa saat seorang leader berperan sebagai coach bagi tim mereka, seorang leader perlu benar-benar mengambil peran yang seimbang antara menciptakan relasi dan tantangan. Dimana dalam menciptakan relasi proses heart to heart communication banyak digunakan. Sedangkan pada saat memberikan tantangan atau challenge, maka leader perlu mengingatkan tim akan target, sasaran dan hasil yang perlu dicapai. 

Kedua proses ini perlu seimbang dan memang perlu dilakukan secara berulang, agar hubungan antara leader as a coach pada timnya tidak terlalu personal dan ada tujuan yang memang perlu dicapai dalam proses coaching. Dan inilah seninya dalam melakukan coaching di organisasi yaitu, leader perlu cukup pandai “berganti topi” dan mampu membangun hubungan partnership dengan timnya. Hal yang sama pula dilakukan oleh Henry dengan tanggung jawabnya sebagai komisaris, namun juga sebagai coach bagi timnya. 

TIPS COACHING ALA HENRY RAHARDJA

Dalam podcast, Henry menyebutkan beberapa tips yang mungkin dapat menjadi IN-SIGHTS! bagi kita yang menjalankan proses coaching bagi tim. Tips yang pertama adalah mimicking, dalam proses ini sebagai coach kita perlu mampu menjadi refleksi bagi coachee dengan gestur yang menyerupai atau mengulang pembicaraan coachee, sehingga terbangun hubungan yang lebih dalam dan mendapat kepercayaan dari coachee

Tips yang kedua, adalah menggunakan bahasa yang sama dengan coachee artinya mungkin coach akan menjadi sahabat, menyapa mereka dengan “sis” atau “bro” atau dengan penggunaan bahasa lain yang sesuai dengan karakteristik coachee. Sekali lagi coach perlu memainkan peran sebaik mungkin sehingga dapat menyeimbangkan antara hati dan logika si coachee

Maka, ada beberapa media (tools) yang digunakan oleh Henry dalam melakukan coaching yaitu yang pertama adalah dengan metafora atau cerita-cerita yang relevan dengan isu yang diangkat dalam proses coaching. Dan media yang pasti digunakan lainnya adalah Points of You. Beberapa kali ia juga menggunakan bahkan dalam sesi online. Henry mengajak coachee untuk benar-benar melihat foto pada kartu, dan apa yang menjadi fokus dari foto tersebut setelah itu mereka akan memaknai dari pengamatannya. 

TAKE AWAYS

Di akhir podcast ini, Sanjaya dan Henry pun membagikan In-Sights! mereka selama proses diskusi di podcast. Sanjaya menyebutkan bahwa pentingnya membekali diri sendiri terlebih dahulu sebelum orang lain. Apalagi untuk menjalankan peran leader as a coach, yang punya memiliki tanggung jawab pada hati dan pikiran seseorang (head and heart). 

Sedangkan Henry sendiri menyebutkan insight-nya bahwa dalam proses coaching seorang leader perlu menyeimbangkan hal yang berkaitan dengan relasi dan juga perlu mampu menciptakan tantangan bagi coachee. Dan jangan pernah melupakan heart (hati tiap manusia), karena segala sesuatu dalam organisasi tidak selalu berhubungan dengan head (kepala / pikiran). Maka dari sinilah terbangun sebuah keterikatan yang lebih kuat. 

Inilah rangkuman Episode 3, Podcast IN-SIGHTS! yang dikelola oleh tim Points of You Indonesia bersama Henry Rahardja dan A. Sanjaya. Anda dapat mendengarkan selengkapnya podcast ini via spotify dengan KLIK DISINI.

Climb up your ladder of knowledge! 

Jadi bagian dalam akademi Points of You Indonesia dan tingkatkan terus level Anda agar lebih banyak pengalaman praktikal yang dapat Anda gunakan untuk membantu orang lain di sekitar Anda. Cek jadwal terdekatnya ya atau hubungi tim kami di www.pointsofyou.id/letsconnect 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}

You may also like

MENDENGARKAN APA YANG TIDAK TERSAMPAIKAN

MENDENGARKAN APA YANG TIDAK TERSAMPAIKAN

Get in Touch

Name*
Email*
Message
0 of 350