August 19

Self Portrait untuk Kepemimpinan. Apakah Bisa?

0  comments

Hi Leaders, 

Mari kita buka koleksi foto di HP atau di halaman media sosial Anda. Saya mau ajak Anda untuk memilih 3 foto dari ratusan atau bahkan ribuan foto yang Anda miliki – yang merepresentasikan 3 karakter leader di diri Anda. 

Banyak foto pemimpin dunia yang seringkali menjadi pembicaraan kita – bagaimana kita menangkap kesan dari fotonya. Bahkan Darwis Triadi, fotografer resmi Presiden Jokowo juga mengatakan bahwa memotret presiden itu tidak bisa main-main, karena foto itu nanti akan ditunjukkan dan dilihat oleh dunia. Ketidaktepatan menggunakan cahaya akan membuat karakter yang berbeda dalam foto – maka penting sekali saat memotret sosok, kita  “memotret karakternya”. 

Ketika kita berbicara mengenai Self Portrait dan Leadership, saya ingin mengajak Anda melihat dua hal:

1. Foto sebagai representasi karakter pemimpin

2. Foto sebagai ruang tumbuh pemimpin.

Foto sebagai representasi karakter pemimpin

Bagi Anda yang sudah ada di Points of You Tribe, tentunya Anda mengenal salah satu coaching tools kita – FACES. Disana ada 99 foto wajah hitam putih, 58 kartu arketipe dan 1 kartu cermin (bisa untuk melihat wajah sendiri 😃

Wajah manusia  – merepresentasikan berjuta makna. Saat kita melihat foto-foto wajah ini, tiba-tiba bisa ada ingatan yang kembali ke permukaan – walau sudah terpendam sekian lama. Ada emosi yang tiba-tiba menyeruak – suka, tidak suka; merasa kosong atau penuh; tenang atau resah; dan sebagainya. Dengan melihat foto, ada berbagai persepsi, ide dan pemikiran mendadak melintas. Bahkan dari foto-foto tersebut kita bisa berbicara mengenai karakter sosok yang ada di foto tersebut. 

Mestinya bukan hal yang aneh di masa sekarang ini kita melihat banyak foto wajah di media sosial. Ada yang secara obsesif memotret diri mereka sendiri dan memposting foto-foto itu secara online untuk dilihat banyak orang atau memang dengan sengaja membuat jurnal visual untuk mengobservasi transformasi diri dari waktu ke waktu. Sepanjang sejarah, seniman telah mengabdikan diri pada proses ketrampilan pemahaman diri yang menarik ini. Vincent Van Gogh dan Frida Kahlo hanyalah dua contoh dari segudang seniman yang menjadi terkenal karena kemampuan mereka untuk mengabadikan diri dalam potret yang memikat.

Dari tahun 1886 hingga 1889, Van Gogh melukis lebih dari 30 kanvas dirinya. Kahlo, yang memulai karyanya dalam potret diri saat pulih dari kecelakaan yang melemahkan dalam gips seluruh tubuh, menghasilkan 55 karya visual. Dia mengatakan, “Saya melukis saya sendiri karena saya sering sendirian dan saya adalah subjek yang paling saya tahu” (Frida Kahlo Foundation, 2002–2013).

Lukisan sebagai gambar diri ini sengaja dibuat untuk merepresentasikan keadaan dirinya, dia melukis dirinya sendiri menatap langsung ke arah orang-orang yang melihatnya: langsung, tegas, menantang. Ia menggunakan diri sendiri sebagai subyek atas karyanya – sebagai perempuan mandiri yang kuat. Ia juga mengeksplorasi aspek rumit, berantakan dan menyakitkan sebagai sosok perempuan. 

Lukisan-lukisannya sangat mewakili elemen dramatis dari kehidupannya yang juga dramatis: keguguran, dan tidak bisa memiliki anak; kesakitan atas kecelakaan yang dialaminya, cinta yang besar pada kekasihnya, serta kecemburuannya yang besar karena perselingkuhan pasangannya. Ini adalah IDENTITAS.

Cerita perjalanan Kahlo ini membuat saya merefleksikan kembali foto-foto diri – bagaimana karya visual itu merepresentasikan hidup dan karakter saya, terutama yang terkait dengan diri saya sebagai pemimpin. Barangkali tantangan hidup yang pernah saya jalani dan kesulitan-kesulitannya – ternyata ada foto-foto saya yang tersenyum kaku, tidak menatap dengan tajam, dan bahkan menunjukkan ketidakpercayaan diri. Namun juga ada foto-foto saya yang nampak percaya diri, tatapan matanya tegas, tersenyum lepas, dan juga penuh pengharapan. 

Bagaimana foto saya merepresentasikan diri saya sebagai pemimpin?

Foto sebagai ruang tumbuh pemimpin

Pada saat itu, Kahlo menderita rasa sakit yang luar biasa, dan menjalani banyak operasi, termasuk amputasi di bawah lutut. Tetapi Kahlo terus melukis sampai 1953, dengan susah payah tetapi juga dengan tujuan baru. Menurut penulis biografinya Raquel Tibol, yang mendokumentasikannya, Frida berkata: “Saya sangat prihatin dengan lukisan saya.

“Lebih dari segalanya, untuk mengubahnya, membuatnya menjadi sesuatu yang berguna, karena selama ini yang saya lukis hanyalah potret saya sendiri, tetapi itu sangat jauh dari apa yang dapat dilakukan lukisan saya untuk melayani Partai. Saya harus berjuang dengan seluruh kekuatan saya sehingga sejumlah kecil kebaikan yang dapat saya lakukan dengan kesehatan saya, di mana dengan cara itu akan diarahkan untuk membantu Revolusi. Itulah satu-satunya alasan sebenarnya untuk hidup.”

Karya visual Kahlo yang mulanya menjadi representasi identitas dirinya – menjadi ruang terapeutik yang berlapis-lapis. Hingga di akhir hidupnya, Kahlo bahkan mendekonstruksi lukisannya. tubuhnya tak mampu lagi bekerja dan otaknya tak mampu lagi menggambarkan apa yang ingin dia lukis. Ia bertumbuh dari potret-potret dirinya dari masa kemasa. Karya visualnya justru membuat Kahlo punya kesempatan untuk mengobservasi transformasi dirinya dari masa ke masa. 

Demikian juga kita sebagai pemimpin – sebagai pribadi maupun dalam peran profesional kita. Pernahkah Anda mengumpulkan foto-foto diri Anda dan mengobservasi kembali bagaimana sesungguhnya Anda bertumbuh dari waktu ke waktu? Anda juga bisa menggunakan foto ini sebagai media terapeutik untuk menumbuhkan karakter yang Anda inginkan. Misalnya saja seseorang ingin lebih percaya diri, ia bisa berpose, mengatur posisi tubuh dan ekspresi wajah sosok yang percaya diri – freeze and capture – kemudian ia bisa mengobservasi foto tersebut. Foto menjadi media reflektif atas pertumbuhan karakter. 

Dew Teerapap, Master Points of You Thailand seseorang yang terbiasa dengan mereflesikan “Self-Portrait” yang juga dapat membantu kepemimpinan, banyak sharing tentang “The Self-Portrait” dengan terkoneksi dengan tim kami DISINI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}

You may also like

Get in touch

Name*
Email*
Message
0 of 350