September 1

Kenapa Coach Sulit Bersikap Netral Walaupun Sudah Berkali – kali Melakukan Coaching

0  comments

by : Vicky Tan

An interview with Amelia Hirawan

(Lead Master Points of You, CEO of Sinergia Group Indonesia, and Human Capital Coach)

Sebagai sorang coach, netralitas adalah salah satu aspek utama yang sangat penting dalam praktik coaching. Tanpa adanya netralitas, coach akan susah untuk mempertahankan sikap yang objektif, sikap yang tidak memihak dan tidak mempengaruhi klien. Sayangnya, masih banyak coach pemula atau bahkan coach yang sudah melakukan coaching masih terjebak untuk memberikan pendapat/nilai/solusi ke coachee.

Pada kesempatan kali ini, saya berdiskusi dengan Amelia Hirawan yang menjalani profesi sebagai Coach, Fasilitator, dan CEO. Banyaknya coachee yang perlu ia tangani, membuatnya perlu tetap netral dalam mengatasi berbagai isu yang dimiliki coachee.

Apa sih arti netralitas dalam konteks seorang Coach menurut, ibu?

Bagi saya, netralitas itu ada dari 3 sisi:

Sisi yang pertama dari pikiran, ketika kita (coach) mendengar isu dari coachee, kita tetap mempertahankan pemikiran yang netral, bukan mengenai salah atau benarnya tindakan yang dilakukan coachee dalam menghadapi isu tersebut. Tapi, lebih mengapresiasi bahwa itu adalah hal terbaik yang bisa coachee lakukan ketika mengambil keputusan dalam kondisi tersebut.

Sisi kedua adalah perasaan, terkadang sewaktu mendengar isu dari coachee kita akan merasa “Aduh, kasian banget ya si coachee” atau “Kok serem banget ya pengalamannya”. Sebagai seorang coach, kita perlu belajar untuk netral secara emosi. Isu yang disampaikan itu adalah isu nya coachee bukan isu milik kita. It’s not about us (coach), it’s about them (coachee), ya bolehlah kadang kita merasa terbawa dengan perasaannya untuk sesaat namun, coach juga perlu belajar untuk dissociate secara emosi dengan coachee bukannya malah terasosiasi.

Sisi yang ketiga adalah tindakan, kalau misalnya kita sedang melakukan coaching dengan dua pihak yang berbeda, kita bersikap netral dan tidak memihak pada salah satu pihak. Secara body language, coach juga perlu menunjukkan sikap yang netral. Ketika coachee membagikan pendapat yang agak berseberangan dengan paham kita, usahakan untuk tidak mengubah body language menjadi lebih tertutup atau mundur namun, selalu menjaga body language yang terbuka dan tetap netral akan segala hal yang dibagikan oleh coachee.

Kenapa sih penting bagi Coach untuk menjadi netral dalam coaching, Bu?

Karena setiap hal yang kita pikiran dan rasakan, akan sangat berpengaruh pada cara kita mengambil keputusan dalam suatu tindakan. Ketika coach dalam kondisi yang tidak netral, bisa saja coach mengambil sikap yang kurang tepat saat mendampingi coachee. Yang pada akhirnya, coach akan terjerumus dalam perilaku menyetujui atau tidak menyetujui tindakan yang akan dilakukan oleh coachee.

Ada ngga situasi yang membuat ibu sulit untuk tetap netral? Bagaimana cara mengatasinya?

Kalau situasi sulit… pasti ada tentunya, we are human gitu lho. Suatu saat kita bisa saja merasa empatetik, merasa iba atau bahkan merasa relate dengan isu yang dibawa oleh coachee seperti, isu yang sedang dialami saat ini atau pernah dialami sebelumnya atau bisa saja isu itu adalah our unfinished business, pada momen – momen seperti itu sebagai coachee akan sulit untuk bersikap netral ya.

Cara mengatasi situasi sulit seperti itu adalah dengan latihan dan perbanyak jam terbang ya. Kalau saya terbantu dengan mengikuti berbagai workshop, yang membuat diri bertemu dengan berbagai orang dan menyadari bahwa ada berbagai sudut pandang berbeda yang bisa memperluas wawasan atau range of emotion dari diri kita.

Ketika coach memiliki range of emotion yang luas kita akan memiliki sebuah awareness yang baru bahwa ini adalah siklus yang sudah pernah kita alami, nanti kita akan sedih lagi dan sadar lagi bahwa… “Oh ternyata, everything will be okay lagi ya” sampai berkali – kali hingga hal ini sudah menjadi kebiasaan bagi kita. Finally, everything will be okay, kok. Salah satu latihan yang bisa dilakukan adalah No Judgement and No Expectation untuk bersikap netral dan tidak berekspektasi pada hal apapun. (Anda bisa mempelajari lebih dalam seputar No Judgementand No Expectation dalam Hello Points Workshop yang kami adakan tiap bulan, temukan jadwal kelasnya DI SINI)

Apa yang ibu lakukan kalau dirasa sudah kehilangan netralitas dalam coaching?

The best thing to do ketika sudah kehilangan netralitas adalah PAUSE, ada dua jenis pause yang bisa Anda lakukan dalam proses coaching:

Ada short pause, umumnya adalah dengan memberikan jeda sejenak dalam proses coaching. Misalnya, sewaktu coachee sedang membagikan suatu hal, ambil waktu sekitar 2 / 3 / 5 / 10 detik untuk diam sejenak sebelum memberikan respon.

Ada juga a bit long pause, yang bisa Anda lakukan misalnya “Baik, mari kita break  dulu ya dari sesi ini lalu, dalam waktu satu atau dua hari kedepan kita ketemu lagi ya terkait isu ini”. Memberikan jeda sejenak dalam proses coaching untuk dilanjutkan di kemudian waktu.

Ada prinsip/pedoman yang ibu pegang kah untuk tetap mempertahankan netralitas dalam melakukan coaching?

Ada tiga pedoman yang saya pegang, yang pertama adalah, it’s not about us (coach), it’s all about coachee. Hal yang disampaikan dalam ruang coaching adalah isu, perasaan dan pikiran dari coachee. Belajar untuk associate yaitu, kapan waktunya untuk terlibat utuh dan dissociate, ketika kita memiliki suatu jarak dalam menangani suatu hal. Sehingga kita tahu bahwa, it’s about coachee not us.

Prinsip yang kedua adalah konsep spasial, mungkin agak abstrak untuk dipahami tapi anggaplah seperti kita mem-bubbling diri sendiri, ada ruang jarak dan ruang waktu. Mungkin kita akan sedih ketika menghadapi isu ini saat ini tapi, dalam waktu yang berbeda bisa saja kita merespon hal yang sama dengan emosi yang berbeda. Kemudian, kalau space ya benar – benar ruang yang sedang kita diami, ketika duduk di dalam kamar dan berada di alam terbuka, mungkin saja respon yang kita berikan bisa saja berbeda.

Prinsip ketiga, adalah no judgement no expectation. Percaya bahwa ketika coachee merespon atau memutuskan suatu hal itu adalah the best they can do at that time and that moment. Sebenarnya sedikit terkoneksi dengan prinsip mindfulness yaitu, be here and now gitu. Hari ini responku seperti ini, besok ya aku akan memberikan respon yang lain.

Bagi tips dong bu, cara bagi para coach agar bisa mengasah kenetralitasan mereka!

Banyak – banyak mengolah rasa dan mengolah pikiran…

Cara untuk mengolah rasa, adalah dengan membiarkan berbagai macam emosi itu hadir dalam hidup kita. Kalau sedang sedih ya tidak sedih banget, kalau senang ya tidak senang – senang banget. Ada satu latihan olah rasa yang bisa Anda lakukan, yaitu dengan make your body move! Ketika merasa sedang down, coba gerakkan badan Anda. Karena emosi itu ada dalam diri dan tidak terlihat tapi, yang kelihatan itu badan kita. Jadi kalau sedang sedih jangan cuma diam aja tapi, berdiri lalu berjalan, dan terkoneksilah dengan alam dan ruang terbuka. As simple as that sebenarnya.

Kalau mengolah pikiran, bisa dimulai dengan melihat di lingkungan sekitar dan mengamati berapa banyak warna hijau yang ada pada daun. Hal ini bisa memperluas sudut pandang kita dan menyadari bahwa selama ini warna hijau itu tidak hanya satu tapi, bisa ada berbagai warna hijau yang ada.

Seperti itu hasil diskusi saya dengan Amelia Hirawan, jika Anda merasa artikel ini kurang dan Anda ingin belajar secara langsung bersama Amelia Hirawan tentang bersikap netral. Anda bisa ikuti workshop dimana Amelia Hirawan akan mendampingi Anda selama dua hari. Temukan info mengenai workshop-nya melalui link di bawah ini 👇🏻

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}

You may also like

Get in touch

Name*
Email*
Message
0 of 350