September 10

HATI-HATI TOXIC POSITIVITY ~ PRAKTEK LANGSUNG DENGAN POINTS OF YOU

0  comments

Pernahkah dalam satu hari kita menghitung berapa kata “harus” yang kita dengar atau justru terapkan pada diri sendiri, untuk menuntut diri sendiri? Seperti saja misalnya; “harus” positif, “harus” semangat, “harus” ontime, dan “harus-harus” yang lain? Atau bahkan kita mendengar kata “harus” ini, karena sebuah tuntutan dari orang lain? 

Maka, inilah yang menjadi bahasan menarik pada Podcast In-Sights! bersama Points of You Indonesia pada episode yang pertama. Kali ini Bambang Styawan ditemani Gina Rahmalia dan Agustinus Sanjaya membahas sebuah topik yang seringkali menjadi trend dunia kerja masa kini. Mengusung tema How To Spot & Deal With Toxic Positivity, menjadi sebuah bahasan yang seru dan bahkan praktek langsung menggunakan kartu-kartu dari Points of You. Bambang Styawan sendiri adalah seorang Kepala BNN Lampung dan juga seorang Expert L3 dari Points of You Academy

Kegelisahan berawal mula dari bagaimana kata “harus” ini seringkali menghantui kehidupan para pekerja dalam berkarir. Bahkan dalam sebuah temuan di salah satu tesis yang mengatakan bahwa 239 dari 245 orang mengalami stress dalam pekerjaan mereka, yang diakibatkan karena hubungan yang toxic. Kita pun selalu mengenal adanya 2 kutub yang seringkali menjadi respon seseorang dalam berkomunikasi, yaitu kutub negatif dan kutub positif. Bahkan sudah sangat sering dibicarakan bagaimana seseorang merespon sesuatu dengan negatif, dan bagaimana menghadapi orang tersebut.  Namun, bagaimana dengan yang positif? Apakah mereka benar-benar positif? Ataauuuu… 

Bambang Styawan pun menyebutkan bahwa orang yang sekali selalu terkesan positif dan banyak menggunakan kata “harus” ini seringkali menjadi memaksakan diri, bahkan beberapa dari mereka juga secara tidak sadar memberikan pengaruh bagi orang lain. Misalnya saja dengan mengatakan; “harusnya kalau begitu aja kamu bisa dong..” atau “kamu harus kuat lho demi keluargamu..” atau juga “harus berani ambil resiko nih dalam kehidupan”. Yang mana sebenarnya hal tersebut tidak bermasalah. Namun masalah akan muncul saat sebenarnya kita sendiri sedang “membungkus” diri kita dengan perasaan yang bukan sebenarnya. Akibatnya, seseorang akan menolak kondisi atau perasaan negatif yang muncul.

TOXIC POSITIVITY

Inilah yang akhirnya disebut sebagai toxic positivity yaitu kondisi dimana seseorang seringkali menggunakan topeng, menolak perasaan negatif yang muncul yang dikonversikan pada hal yang positif, namun perasaan positif tersebut bukanlah perasaannya yang sebenarnya. Kondisi ini muncul biasanya juga diikuti dengan bagaimana akhirnya ia membandingkan orang lain atau menuntut orang lain sama sepertinya. Adapun beberapa ciri-ciri dari toxic positivity ini adalah; 

  • Tidak jujur pada diri sendiri 🡪 seringkali menutupi perasaan negatif yang muncul. Misalnya sedang lelah – tapi menampilkan diri sebagai orang yang kuat, dll.
  • Sulit mengelola emosi 🡪 belum menyadari bahwa emosi bukan cuma bahagia, namun bisa juga merasakan sedih, kecewa, dll.
  • Motivasi positif yang dimiliki cenderung nampak menghakimi orang lain 🡪 seperti kalimat misalnya “ah, masa gitu aja ga bisa!” atau “coba diambil positifnya aja”, dll.

Jika kondisi toxic positivity ini, tidak segera disadari, ia pun akan berdampak pada situasi yang membuat diri sendiri tidak merasa nyaman. Karena dalam hal ini seseorang menyangkal dirinya yang akan berujung pada stress, cemas, gelisah dan bahkan sampai suli tidur. Disinilah yang seringkali menjadi cikal bakal seseorang menyakiti dirinya sendiri dan juga mengonsumsi obat penenang atau obat tidur. 

Bambang Styawan pun mengingatkan bahwa di beberapa profesi hal ini seringkali jadi masalah. Misalnya saja seorang customer service yang dituntut harus selalu tersenyum. Atau bahkan profesi seorang coach atau trainer yang juga menuntut sikap positif untuk dapat membantu orang lain. Sayangnya, banyak orang juga lupa untuk dapat mengelola emosi negatifnya. Maka yang terpenting adalah saat sebelum berhadapan dengan orang lain, seseorang perlu berani berhadapan dengan dirinya sendiri. Maka berlatih untuk lebih mindful dapat membantu seseorang untuk mencegah toxic positivity ini. 

MINDFULNESS & POINTS OF YOU

Latihan untuk menjadi mindful sebenarnya akan membantu seseorang yang sedang berada dalam situasi toxic positivity ini. Dimana Points of You merupakan sebuah media yang menjadi alat bantu untuk dapat membawa seseorang dalam kondisi mindful. Salah satu value dari Points of You sendiri yaitu no judgement – no expectation, akan membantu seseorang berada dalam tataran netral dan menyadari bahwa it’s okay to be not okay

Mindful sendiri merupakan sebuah kondisi dimana seseorang memiliki perhatian pada momen saat ini, mau mengambil jeda dan pelan-pelan mengenali emosi dan perasaannya. Dan dalam kondisi mindful ini ada satu metode yang diberi istilah STOP. Dimana STOP itu adalah; 

S – Stop – Berhenti dan sadar akan kondisi di sekitar 

T – Take A Breath – Menyadari nafas yang dihirup dan dihembuskan

O – Open & Observe – Kondisi membuka diri dan memperluas sudut pandang diri

P – Proceed – Membiarkan diri untuk mengalir dan menerima perasaannya serta merumuskan langkah praktisnya setelah STOP

Dalam Points of You, kondisi stop dan take a breath merupakan sebuah kondisi untuk pause atau mengambil jeda. Sedangkan O pada open & observe adalah langkah untuk expand atay memperluas sudut pandang. Dan proceed merupakan sebuah kondisi focus and doing. Yaitu mulai memproses hal-hal yang perlu diselaraskan kembali.

Dengan menggabungkan Points of You dan metode STOP dalam mindfulness ini akan memunculkan kesadaran dari peserta sendiri, untuk dapat menyadari perasaan apa yang sebenarnya sedang ditutupi atau mengganggu yang menyebabkan toxic positivity ini. Points of You adalah alat yang tepat supaya seseorang dapat berlatih lebih mindful. Bahkan Bambang Styawan pun pernah melakukan proses ini di tempat kerjanya. Ia juga menyebutkan bahwa tempat kerja memang seringkali membuat seseorang berkembang tapi juga dapat membuat seseorang stress. Maka praktek dengan menggunakan Points of You, akan membantu seseorang mengenali perasaannya dan membuat seseorang menjadi lebih terbuka dengan kondisinya.

MARI PRAKTEKKAN!

Dalam podcast In-Sights! secara spontan, Sanjaya mengajak Gina Rahmalia dan Bambang Styawan langsung praktek menggunakan Points of You dengan isu toxic positivity serta menggunakan struktur pertanyaan dalam metode STOP yang didapat dari mindfulness (belajar membuat struktur pertanyaan dalam coaching hanya di L2 Points of You Academy). Maka dengan ini Anda mulai bisa persiapkan dengan menggunakan kartu The Coaching Game atau Punctum atau Flow. Anda bisa menggunakannya dalam posisi facing up atau facing down

Prosesnya adalah; 

  • Kartu Pertama – Ambil satu kartu yang menggambarkan kondisi yang belum dapat Anda terima. Anda bisa mengambilnya untuk Anda sendiri, atau saat sebagai Coach Anda juga bisa meminta Coachee Anda menceritakannya.  
  • Kartu Kedua – Ambil satu kartu yang menurut Anda bisa membuat Anda berhenti. Setelah mengamati kartu, bisa langsung saling bercerita atau membagi sudut pandang gambar yang diperoleh. 
  • Kartu Ketiga – Ambil satu kartu yang merepresentasikan bagaimana kita dapat melakukan aksi nyata dari kondisi kita saat ini. Setelah mengambil, Anda dapat berproses kembali. 

Melalui simulasi singkat dalam Podcast In-Sights! ini, bahkan Gina Rahmalia dan Sanjaya pun sudah merasakan dampaknya. Mereka jadi menyadari hal yang selama ini terlewat, perlu keberanian untuk menyadari keterbatasan serta mengakui bahwa it’s okay to be not okay.

Seperti biasa di akhir sesi podcast, mereka pun saling berbagi insight selama berdiskusi kurang lebih 38 menit mengenai toxic positivity ini. Bambang Styawan mengatakan bahwa toxic positivity sebenarnya adalah sebuah pilhan perilaku dan sikap yang mana sebenarnya seseorang juga berhak dan bisa memilih perilaku dan sikap yang lain untuk dapat lebih menjadi dirinya apa adanya. Sedangkan Sanjaya menggaris bawahi mengenai menjadi positif itu sendiri yang bukan berarti tidak menerima hal tidak baik. Dan Gina Rahmalia mengatakan bahwa dalam sesi tersebut ia mendapatkan sebuah penyelarasan, yang mana pentingnya menerima suatu hal dengan sesungguhnya. 

Tentunya pembicaraan dalam podcast ini sangat menarik dan dapat Anda gunakan untuk makin banyak berpraktek menggunakan alat-alat dari Points of You, bukan? Dan saat Anda ingin belajar lebih banyak dan dalam untuk menyiapkan struktur pertanyaan serta melakukan penggabungan metode dalam Points of You, Anda dapat terhubung dengan tim kami di www.pointsofyou.id/letsconnect sehingga Anda dapat memperoleh pengarahan yang lebih tepat ya! 

Selamat mencoba! 

By : Marcelina R Suganda 

Inspired From : Podcast IN-SIGHTS! by Points of You Eps.1

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked

{"email":"Email address invalid","url":"Website address invalid","required":"Required field missing"}

You may also like

MENDENGARKAN APA YANG TIDAK TERSAMPAIKAN

MENDENGARKAN APA YANG TIDAK TERSAMPAIKAN

Get in Touch

Name*
Email*
Message
0 of 350